Ada Satu Hal Yang Harus Kita Perhatikan Betul, Yaitu Jihad Melawan
Hawa Nafsu Bukanlah Jihad Yang Terbesar, Sebagaimana Yang Di Klaim Oleh
Kaum “ Tasawwuf ” Dan Orang - Orang “ Yang Mengaku Berilmu ” Yang
Mengajak Dan Menarik Manusia Kepada Keyakinan Tersebut, Padahal Tujuan
Utama Mereka Adalah Untuk Memalingkan Manusia Dari Berjihad Sehingga
Enggan Dan Tidak Mau Berjihad.
Adapun Yang Menjadi Rujukan Mereka Mengenai Hal Ini, Yaitu Yang
Mereka Yakini Sebagai Sebuah Hadits Yang Berbunyi, : ” Kita Telah
Kembali Dari Jihad Kecil Menuju Jihad Akbar…. ” Merupakan Hadits Dho’if
Dan Tidak Benar.
Al-Baihaqi, Al-Iroqi, As-Suyuthi, Albani Serta Ulama - Ulama Lainnya Menilai Hadits Ini Adalah Dho’if.
Amirul Mukminin Fil Hadits, Al Hafidz Ibnu Hajar Mengatakan Di Dalam
Kitab Tasdiidul Qous, Bahwa Hadits Tersebut Masyhur Dibicarakan, Padahal
Itu Bukanlah Hadits. Yang Benar Adalah Kata - Kata Dan Ucapan Ibrahim
Bin ‘Ablah, Seorang Tabi’ut Tabi’in ( Generasi Ke Tiga Dalam Islam
Setelah Generasi Shahabat, Tabi’in Baru Kemudian Tabi’ut Tabi’in ).
Bukti Yang Paling Nyata Dan Jelas Yang Menunjukkan Bahwa Hadits Ini
Tidak Benar Adalah Bahwa Yang Mengucapkan ( Seandainya Itu Hadits )
Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Yang Selalu Mereka
Nisbatkan Hadits Ini Kepada Beliau, Sama Sekali Tidak Duduk Berpangku
Tangan Dan Berleha - Leha Dari Berperang. Selama Tinggal Di Madienah,
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Berperang Sebanyak 27 Kali,
Dengan Keterangan Sebagai Berikut, :
عَنْ أَبِي إِسْحَا قَ قَالَ سَأَلْتُ زَيْدَابْنَ أَرْقَمَ كَمْ
غَزَوْتَ مَعَ رَسُوْ لِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , قَالَ
سَبْعَ عَشْرَةَ وَقَالَ: حَدَّثَنِي زَيْدُبْنُ أَرْقَمَ أَنَّ رَسُوْلَ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ غَزَا تِسْعَ عَشْرَةَ وَ أَنَّهُ
حَجَّ بَعْدَ مَا هَاجَرَ حَجَّةً وَاحِدَةً حَجَّةَ الْوَدَاعِ
" Dari Abu Ishak, Ia Berkata, : " Aku Bertanya Kepada Zaid Bin Arqam,
: “ Berapa Kali Engkau Ikut Perang Bersama Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam ? " Zaid Menjawab, : “ Tujuh Belas Kali. Selanjutnya
Zaid Bin Arqam Bercerita Kepadaku Bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wa Sallam Telah Berperang Sebanyak Sembilan Belas Kali Dan Bahwa
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Menunaikan Satu Kali Haji
Setelah Hijrah, Yaitu Haji Wada ’.
عَنْ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : غَزَوْتُ مَعَ رَسُوْلِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ سَبْعَ غَزَوَاتٍ وَخَرَجْتُ
فِيْمَا يَبْعَثُ مِنَ الْبُعُوْثِ تِسْعَ غَزَوَاتٍ مَرَّةً عَلَيْنَا
أَبُوْ بَكْرٍ وَمَرَّ ةً عَلَيْنَا أُسَامَةُ ابْنُ زَيْدٍ
“ Dari Salamah, Ia Berkata, : " Aku Pernah Ikut Berperang Bersama
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Sebanyak Tujuh Kali, Serta
Pernah Ikut Serta Dalam Pasukan Perang Yang Diutus Beliau Sembilan Kali.
Terkadang Kami Dipimpin Oleh Abu Bakar Dan Terkadang Juga Dipimpin Oleh
Usamah Bin Zaid ”
1. Ghozwah, Yaitu Perang Yang Dipimpin Langsung Oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Sebanyak Sembilan Belas Kali.
2. Sariyah, Yaitu Pasukan Yang Diperintah Langsung Oleh Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, Tetapi Beliau Tidak Ikut Dalam Pasukan
Tersebut Sebanyak Delapan Kali.
Itulah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam . Beliau Selama 10
Tahun Hidup Di Madienah Berperang Secara Langsung Di Kancah Peperangan,
Yang Terkenal Diantaranya Adalah : Perang Badar, Perang Uhud, Perang
Khandak, Perang Bani Quroizhoh, Perang Khaibar, Perang Hunain, Perang
Tabuk Dan Lainnya. Demikian Juga Dengan Para Shahabat Yang Juga
Merupakan Murid - Murid Dan Sekaligus Pengikut Beliau Yang Paling Setia,
Mereka Terdidik Dengan Jihad Yang Sambung Menyambung Yang Tidak Putus
Sampai Mereka Semua Bertemu Dengan Rabb-nya. Hidup Mereka Selalu Berada
Di Kancah Peperangan Dan Hidup Mereka Selalu Berada Diujung Kematian Dan
Bayangan Pedang. Mereka Tidak Pernah Lengah, Istirahat Apalagi Berhenti
Dari Urusan Jihad ( Perang ).
Bahkan Dalam Hadits Tersebut Di Atas Menyatakan Bahwa Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Selama Tinggal Dan Bermukim Di Madienah,
Beliau Hanya Melakukan Ibadah Haji Sekali Saja, Yaitu Haji Wada’. Justru
Beliau Melaksanakan Jihad Dan Peperangan Secara Langsung Yang Beliau
Terjuni Sebanyak 19 ( Sembilanbelas ) Kali.
Seandainya Yang Mereka Katakan Benar Tentang Jihad Dalam Artian
Berperang Melawan Orang - Orang Kafir Merupakan Jihad Kecil, Tentu
Mereka Yang Mengaku Sebagai Orang - Orang Yang Berilmu Tersebut Akan
Mencontoh Apa Yang Telah Dilakukan Oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wa Sallam. Pasti Mereka Akan Memulai Latihan Dengan Menanggung Hal Yang
Mereka Anggap Kecil - Kecil Dulu, Baru Kemudan Hal Yang Besar, Lalu Yang
Lebih Besar Lagi. Sehingga Meningkat Dari Yang Terendah Sampai Yang
Tertinggi.
Jadi, Mulailah Dari Hal Yang Dianggap Kecil Tadi, Baru Yang Besar !!
Memang, Para Ulama Pun Tetap Mengakui Bahwa Melawan Hawa Nafsu Masih
Merupakan Jihad, Tapi Bukan Berarti Kita Meninggalkan Jihad Dalam Arti
Yang Sesungguhnya.
Memerangi Hawa Nafsu Memang Sangat Penting, Tapi Lebih Penting Lagi
Memerangi Orang Kafir Yang Memerangi Islam. Jangan Sampai Kita Terlena
Oleh Hal - Hal Yang Sifatnya Untuk Kepentingan Pribadi, Mengabaikan
Kepentingan Ummat.
Kalau Kita Sibuk Memerangi Hawa Nafsu, Hanya Berdiam Diri Di Rumah
Atau Di Masjid Atau Di Majlis - Majlis Ilmu Dan Dzikir, Lalu Siapa Yang
Akan Memerangi Orang - Orang Kafir Yang Menghancurkan Islam. Jika Islam
Hancur, Lalu Siapa Yang Salah???
Hadits Dho’if Tadi Juga Menyelisihi Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, :
لا يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُولِي
الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ
وَأَنْفُسِهِمْ فَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ بِأَمْوَالِهِمْ
وَأَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقَاعِدِينَ دَرَجَةً وَكُلا وَعَدَ اللَّهُ
الْحُسْنَى وَفَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا
عَظِيمًا
“. Tidaklah Sama Antara Mukmin Yang Duduk ( Yang Tidak Ikut Berperang
) Yang Tidak Mempunyai 'Uzur Dengan Orang - Orang Yang Berjihad Di
Jalan Allah Dengan Harta Mereka Dan Jiwanya. Allah Melebihkan Orang -
Orang Yang Berjihad Dengan Harta Dan Jiwanya Atas Orang - Orang Yang
Duduk Satu Derajat. Kepada Masing - Masing Mereka Allah Menjanjikan
Pahala Yang Baik ( Surga ) Dan Allah Melebihkan Orang - Orang Yang
Berjihad Atas Orang Yang Duduk Dengan Pahala Yang Besar, ” ( QS.
An-Nisa ayat 95 )
Menyebut Perang Melawan Orang Kafir Sebagai Jihad Kecil Merupakan
Suatu Pernyataan Yang Tidak Ada Satupun Dalil Yang Mendukungnya, Baik
Dalil Dari Al-Qur’an Ataupun As-Sunnah. Jadi Pernyataan Tersebut
Merupakan Pernyataan Yang Batil, Mengada - Ada Dan Hanya Merupakan
Alasan Orang - Orang Yang Tidak Mau Berjihad. Itu Hanyalah Alasan Orang -
Orang Yang Takut Terhadap Kematian Dan Lebih Mementingkan Urusan Dunia
Dibandieng Dengan Urusan Dien Ini. Mereka Lebih Mencintai Kenikmatan
Dunia Dibandieng Janji Allah Tentang Kenikmatan Jannah.
Walaupun Mereka Beralasan Dengan Berjuta Argumentasi Untuk Mendukung
Pembenaran Ucapan Mereka, Pada Intinya Adalah Mereka Lebih Mencintai
Kenikmatan Dan Kehidupan Dunia Dibandieng Dengan Kehidupan Dan
Kenikmatan Akhirat, Sebagaimana Yang Diungkapkan Oleh Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
وَعَنْ ثَوْبَانَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : «يُوْشِكُ اْلأُمَمُ
أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى اْلأَكَلَةُ إِلىَ قَصْعَتِهَا»،
فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: «بَلْ أَنْتُمْ
يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ
وَلَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ
وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِيْ قُلُوْبِكُمُ اْلوَهْنَ»، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا
رَسُوْلَ اللهِ وَمَا اْلوَهْنُ؟ قَالَ: «حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَا هِيَةُ
الْمَوْتِ» أَخْرَجَهُ أَبُوْ دَاوُدَ.
وَفِيْ رِوَايَةٍ لِأَحْمَدَ: «حُبُّكُمُ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَتُكُمُ الْقِتَالَ».
“ Dan Dari Tsauban Berkata, : Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam Bersabda, : “ Sebentar Lagi Bangsa - Bangsa Akan Mengeroyok
Kalian Sebagaimana Orang - Orang Makan Mengelilingi Nampannya. ” Ada
Seseorang Bertanya, : “ Apakah Karena Sedikitnya Jumlah Kami Ketika
Itu? ” Beliau Bersabda, : “ Bahkan Ketika Itu Kalian Banyak, Akan
Tetapi Kalian Seperti Buih Lautan. Sungguh Allah Akan Mencabut Rasa
Takut Dari Dada Musuh - Musuh Kalian Terhadap Kalian Dan Allah Benar -
Benar Akan Mencampakkan Sifat Wahn Di Dalam Hati - Hati Kalian. ” Ada
Seseorang Bertanya, : “ Wahai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam,
Apakah Wahn Itu? ” Beliau Bersabda, : “ Cinta Dunia Dan Benci
Mati. ” ( Dikeluarkan Abu Dawud ).
Dalam Riwayat Ahmad, : “…Kecintaan Kalian Kepada Dunia, Dan Ketidak Sukaan Kalian Kepada Perang. ”
Hal Ini Pulalah Yang Difahami Oleh Abu Bakar As-Shiddiq Yang
Merupakan Shahabat Yang Paling Utama, Sehingga Ketika Beliau Diangkat
Sebagai Khalifah, Beliau Mengucapkan Kalimat Seperti Yang Tercantum Di
Bawah Ini :
وَبَعْدَ أَنْ بَايَعَ اْلمُسْلِمُوْنَ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ
بِاْلخِلاَفَةِ تَكَلَّمَ أَبُوْ بَكْرٍ فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ
بِالَّذِيْ هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ قَالَ: أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا النَّاسُ
فَإِنِّي قَدْ وُلِّيْتُ عَلَيْكُمْ وَلَسْتُ بِخَيْرِكُمْ فَإِنْ
أَحْسَنْتُ فَأَعِيْنُوْنِيْ، وَإِنْ أَسَأْتُ فَقَوِّمُوْنِيْ، اَلصِّدْقُ
أَمَانَةٌ وَاْلكَذِبُ خِيَانَةٌ، وَالضَّعِيْفُ فِيْكُمْ قَوِيٌّ
عِنْدِيْ حَتَّى أُرْجِعَ عَلَيْهِ حَقَّهُ إِنْ شَاءَ اللهُ، وَاْلقَوِيُّ
فِيْكُمْ ضَعِيْفٌ حَتَّى آخُذَ اْلحَقَّ مِنْهُ إِنْ شَاءَ اللهُ، لاَ
يَدَعُ قَوْمٌ اْلجِهَادَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ خَذَلَهُمُ اللهُ
بِالذُّلِّ، وَلاَ تَشِيْعُ اْلفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ إِلاَّ عَمَّهُمُ
اللهُ بِاْلبَلاَءِ، أَطِيْعُوْنِيْ مَا أَطَعْتُ اللهَ وَرَسُوْلَهُ،
فَإِذَا عَصَيْتُ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَلاَ طَاعَةَ لِيْ عَلَيْكُمْ»
رَوَاهُ ابْنُ إِسْحَاقَ، قَالَ ابْنُ كَثِيْرٍ: وَهَذَا إِسْنَادٌ
صَحِيْحٌ.
“ Dan Setelah Kaum Muslimin Mengambil Sumpah ( Baiat ) Dari Abû Bakar
Ash-Shiddiq Untuk Menjabat Sebagai Khalifah, Abû Bakar Berpidato. Maka
Ia Memuji Allah Dan Menyanjung-Nya Sesuai Yang Pantas Bagi-Nya, Setelah
Itu Ia Berkata, :
“ Amma Ba‘du…Wahai Ummat Manusia, Aku Telah Diangkat Sebagai
Pemimpin Kalian Padahal Aku Bukanlah Yang Terbaik Di Antara Kalian.
Jika Aku Berbuat Baik, Bantulah Aku. Jika Aku Berbuat Buruk,
Luruskanlah Aku. Kejujuran Adalah Amanah. Dusta Adalah Pengkhianatan.
Orang Lemah Di Antara Kalian Adalah Kuat Bagiku Sampai Aku Kembalikan
Hak Yang Menjadi Miliknya, Insyâ Allah. Orang Kuat Di Antara Kalian
Adalah Lemah Bagiku, Sampai Aku Mengambil Hak Yang Harus Ia Tunaikan,
Insya Allah. Tidaklah Suatu Kaum Meninggalkan Jihad Di Jalan Allah
Melainkan Allah Akan Mentelantarkan Mereka Dengan Kehinaan. Dan
Tidaklah Perbuatan Seronok Merajalela Pada Suatu Kaum Melainkan Allah
Akan Meratakan Musibah Kepada Mereka. Taatilah Aku Selama Aku Mentaati
Allah Dan Rasul-Nya, Jika Aku Bermaksiat Kepada Allah Dan Rasul-Nya
Maka Tidak Ada Kewajiban Taat Bagi Kalian Kepadaku. ” (
Diriwayatkan Oleh Abu Ishaq, Ibnu Katsir Berkata, : " Ini Isnad-nya
Shohih " ).
Itulah Ucapan Abu Bakar As-Shiddiq. Beliau Menyatakan Bahwa Apabila
Suatu Kaum Meninggalkan Jihad, Maka Allah Akan Menelantarkan Mereka
Dengan Kehinaan. Ini Merupakan Penjelasan Dari Hadits, :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ ا لله ُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ
اللهِ يَقُوْلُ: «إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِاْلعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ
أَذْنَابَ اْلبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ اْلجِهَادَ
سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَيَنْزِعُهُ عَنْكُمْ حَتَّى
تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ» أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَأَبُوْ دَاوُدَ
“ Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu 'Anhu Berkata, : " Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Bersabda, : “ Jika Kalian Berjual Beli
Dengan Sistem ‘Inah ( Sejenis Riba, pen. ), Kalian Memegang Ekor - Ekor
Sapi, Kalian Senang Dengan Cocok Tanam, Kemudian Kalian Meninggalkan
Jihad, Allah Akan Timpakan Kehinaan Kepada Kalian Yang Kehinaan Itu
Tidak Akan Dia Cabut Dari Kalian Sampai Kalian Kembali Kepada Agama
Kalian. ” ( Dikeluarkan Oleh Abu Dawud Dan Tirmizi )
Jadi Intinya Orang Yang Tidak Mau Dan Enggan Berjihad Dengan Alasan
Apapun Juga, Hal Itu Disebabkan Karena Kecintaan Mereka Terhadap Dunia
Dan Kebencian Mereka Terhadap Akhirat.
Ini Merupakan Ciri Dan Sifat Dari Orang Yang Tidak Beriman Kepada
Allah Dan Juga Tidak Beriman Kepada Hari Akhirat. Padahal Hal Ini
Merupakan Bagian Dari Rukun Iman. Apabila Rukun Iman Yang Enam Ada Dalam
Dirinya Secara Utuh, Maka Dia Disebut Sebagi Orang Yang Beriman. Tapi
Apabila Hilang Satu Saja Dari Dirinya Atau Bahkan Lebih Dari Satu, Maka
Telah Hilang Keimanan Dari Dirinya Dan Dia Tidak Berhak Disebut Sebagai
Orang Yang Beriman.
Lagi Pula, Orang Yang Berjihad Melawan Hawa Nafsunya Dengan Sungguh -
Sungguh Sampai Berhasil Menaklukkannya, Pasti Akan Bersegera Untuk
Melaksanakan Perintah Allah ‘Azza Wa Jalla Untuk Segera Memerangi Orang -
Orang Kafir. Sedangkan Orang Yang Tidak Mau Ikut Memerangi Orang -
Orang Kafir, Pada Dasarnya Mereka Bukanlah Orang Yang Berjihad Melawan
Hawa Nafsu Dalam Rangka Melaksanakan Perintah Allah.
Mereka Hanya Mencari - Cari Alasan Dan Berkilah.
Maka Jelaslah, Barangsiapa Berdalih Dengan Alasan Bahwa Jihad
Terbesar Adalah Memerangi Hawa Nafsu Untuk Membenarkan Sikap Berpangku
Tangan Mereka Dari Memerangi Orang - Orang Kafir, Merupakan Kilah Syetan
Yang Ujung - Ujungnya Akan Memalingkan Kaum Muslimin Untuk Tidak
Berjihad Melawan Musuh - Musuh Mereka Dari Kalangan Orang - Orang Kafir
Dan Musyrik.
Pada Dasarnya Mereka Adalah Orang - Orang Yang Apabila Urusan Dunia
Mereka Diusik, Mereka Akan Bangkit Dengan Segera, Tetapi Apabila Mereka
Melihat Agama Ini Hancur Akibat Serangan Orang - Orang Kafir, Hati Dan
Badan Mereka Samasekali Tidak Akan Tergerak Untuk Membela Agama. Mereka
Pada Hakikatnya Adalah Orang - Orang Yang Dayus, Yaitu Orang Yang Sudah
Tidak Mempunyai Lagi Ghirah ( Rasa Cemburu ) Terhadap Dien Ini.
Ummat Telah Ditimpa Penyakit " Orang - Orang Menyimpang " Yang
Telah Dikunci Mati Hatinya. Mereka Mengatakan ---Baik Dengan Lisan
Maupun Sikap--- Perkataan Keji, Menyesatkan Dan Bertolak Belakang Dengan
Kedua Wahyu Maupun Fitrah Yang Sehat. Mereka Mengatakan ; Tidak Ada
Jihad…Yang Ada Hanyalah Dakwah.
Mereka Menihilkan Kewajiban Jihad Dengan Alasan - Alasan Sepele Dan
Permainan Logika; Yang Sebenarnya Sama Sekali Tidak Berdasar Akal Yang
Sehat ( Logis )! Mereka Membutakan Diri Dari Dalil - Dalil Syariat.
Mereka Menyelewengkan Makna Dalil - Dalil Syariat, Supaya Sesuai
Dengan Hawa Nafsu Mereka Yang Membuang Jihad Dari Kamus Rasio Mereka.
Mereka Menyelewengkan Istilah Jihad, Maka Muncul Istilah Jihad Pena,
Jihad Dakwah Dan Jihad Dialog, Bahkan Istilah Jihad Budaya Yang Tidak
Dikenal Dalam Istilah Para Pendahulu Ummat Ini.
Istilah - Istilah Ini Benar, Seandainya Diletakkan Pada Tempatnya.
Sayang, Semuanya Digunakan Untuk Membuang " Perang ". Mereka Tidak
Mempunyai Hujah Yang Jelas. Pendapat Mereka Gugur, Bertabrakan Dengan
Nash - Nash Yang Sharih ( Tegas ), Fitrah Yang Lurus Dan Akal Sehat.
Ada Lagi Kelompok Ganjil Lainnya, Mereka Membuat Teori - Teori Jihad,
Padahal Mereka Sendiri Tidak Berjihad ( Qa'idun ).
Mereka Mengklasifikasikan Jihad Dan Mujahidien, Sementara Mereka
Dalam Buaian Istri - Istri Mereka. Mereka Berada Diatas Kasur Dan Sofa
Yang Empuk.
Mereka Berkata, ; “ Tidak Ada Jihad Hari Ini, Ummat Islam Lemah,
Ummat Islam Dalam Kondisi Dhu’afa. Kondisi Ummat Sama Persis Dengan
Fase Makkah, Maka Wajib Menahan Diri, Mencukupkan Diri Dengan Sabar Dan
Dakwah.
Jihad Membuat Hasil - Hasil Dakwah Kita Selama Belasan Tahun Sirna Begitu Saja. Maslahat Menuntut Kita Menunda Jihad.
Seluruh Arrgumentasi Mereka Tegak Di Atas Dasar Logika Semata, Tidak
Mampu Bertahan Bila Dihadapkan Dengan Nash - Nash Yang Sharih Dan Fitrah
Yang Lurus.
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Memberitahu Kita, Akan Adanya
Sekelompok Ummat Islam Yang Senantiasa Menang Dan Berjihad Di Jalan
Allah. Beliau Memberitahu Kita, Bahwa Jihad Akan Senantiasa
Berlangsung Sampai Hari Kiamat.
Beliau Memberitahu Kita, Bahwa Kelemahan Dan Kehinaan Yang Menimpa
Kita Saat Ini...Adalah Disebabkan Karena Meninggalkan Jihad, Mencintai
Dunia Dan Takut Mati. Bagaimana Kita Mengharapkan ‘Izzah Dan Kekuatan
Dengan Meninggalkan Jihad ?
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ: «إِذَا
تَبَايَعْتُمْ بِاْلعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ اْلبَقَرِ
وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ اْلجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ
عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَيَنْزِعُهُ عَنْكُمْ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى
دِيْنِكُمْ» أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَأَبُوْ دَاوُدَ
“ Dari Ibnu ‘Umar h Berkata, : " Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam Bersabda, : “ Jika Kalian Berjual Beli Dengan Sistem ‘Inah (
Sejenis Riba, pen. ), Kalian Memegang Ekor - Ekor Sapi, Kalian Senang
Dengan Cocok Tanam, Kemudian Kalian Meninggalkan Jihad, Allah Akan
Timpakan Kehinaan Kepada Kalian Yang Kehinaan Itu Tidak Akan Dia Cabut
Dari Kalian Sampai Kalian Kembali Kepada Agama Kalian. ” ( Dikeluarkan
Oleh Abu Dawud Dan Tirmizi )
Fase Makkah Yang Selalu Mereka Suarakan Di Telinga Kita Ini, Benarkah Menimpa Keseluruhan Ummat Islam ???
Bukankah Beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Menyatakan Akan Adanya
Sekelompok Ummat Islam Yang Senantiasa Berjihad Di Jalan Allah Dan
Meraih Kemenangan.
لاَ تَزَالُ طَائِفَةّ مِنْ أُمَتِي يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِ ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ اْلِقيَامَةِ
“ Akan Senantiasa Ada Satu Kelompok Dari Ummatku Yang Berperang Di Atas Kebenaran Mereka Senantiasa Dzohir Sampai Hari Kiamat. ”
Perhatikan Sabda Beliau, : " Berperang ", Yang Merupakan Penegasan
Dari Beliau, Bahwa Sesungguhnya Akan Ada Ummat Beliau Yang Berperang
Sampai Hari Kiamat Untuk Membela Kebenaran ( Islam ).
Dari Yazid Bin al-Asham Ia Berkata, : " Saya Mendengar Mu'awiyah Bin
Abi Sufyan Menyebutkan Sebuah Hadits Yang Ia Dengar Dari Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, Yang Belum Saya Dengar. Ia Mendengar
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Dari Atas Mimbar Bersabda, : "
Barang Siapa Yang Allah Kehendaki Pada Dirinya Kebaikan, Allah Akan
Menjadikannya Paham Agama. Dan Akan Senantiasa Ada Sekelompok Ummat
Islam Yang Berperang Di Atas Kebenaran. Mereka Meraih Kemenangan Atas
Orang - Orang Yang Memusuhi Mereka, Sampai Hari Kiamat. "
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Bersabda, :
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي قَا ئِمَةً بِأَمْرِاللهِ لَا
يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ اَوْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْ تِيَ
أَمْرُاللهِ وَهُمْ ظَاهِرُوْنَ عَلَى النَّاسِ
"Akan Senantiasa Ada Sekelompok Ummatku Yang Menegakkan Perintah
Allah. Tidak Membahayakan Mereka Orang - Orang Yang Mencela Atau
Menyelisihinya Sampai Datang Keputusan Allah Dan Mereka Tetap Nampak
Diatas Ummat Ini. " ( Hadits Riwayat. muslim )
Perhatikan, Nash Yang Menunjukkan " perang ". Bahkan,
Ditambahkan ; Orang - Orang Yang Menyelisihi Tidak Akan Mampu
Membahayakan Kelompok Yang Berperang Tersebut. Seluruh Hadits Di Atas,
Diriwayatkan Oleh Imam Muslim Dalam Shahihnya.
Bukankah Orang Yang Berperang, Berhak Menganggap Dirinya Termasuk
Dalam Kelompok Yang Berperang Dan Tidak Termasuk Dalam Kategori Fase
Makkah ?
Kenapa Dari Fase Makkah, Hanya Diambil Hukum " Menahan Diri Tidak
Berperang " Semata, Sementara Hukum - Hukum Lain Semisal ; Tidak
Beramar Ma'ruf Nahi Munkar, Sholat Dua Raka'at, Tidak Shaum, Tidak
Zakat, Dan Hukum - Hukum Lain Yang Sangat Terkenal ; Tidak Diambil ?
Kenapa Tidak Adanya Hukum Hudud, Halalnya Khamr, Dan Hukum - Hukum
Lainnya Tidak Diambil ? Jika Menurut Mereka Hukum Syariat Telah
Sempurna…Kenapa Jihad Dikeluarkan ( Dikecualikan ) Dari Kesempurnaan
Syariat ?
عَنْ سَلَمَةَ بْنِ نُفَيْلٍ اَلْكِنْدِي قَا لَ : كُنْتُ جَالِسًا
عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ فَقَالَ رَجُلٌ : يَا رَسُوْلَ اللهِ, أَذَالَ
النَّاسُ الْخَيْلَ وَوَضَعُوالسِّلاَحَ, وَقَالُوْ: لاَ جِهَادَ, قَدْ
وَضَعَتِ الْحَرْبُ اَوْزَارَهَا! فَأَقْبَلَ رَسُوْلُ اللهِ بِوَجْهِهِ
وَقَالَ كَذَّبُوْا ! ألآنَ! ألآ نَ! جَاءَ لْقِتَالُ.وَلاَ يَزَالُ مِنْ
اُمَّتِي أُمَّةٌ يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ وَيُزِيْغُ اللهُ لَهُمْ
قُلُوْبَ أَقْوَامِ وَيَرْزُقُهُمْ مِنْهُمْ حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ
وَحَتَّى يَأْ تِيَ وَعْدُاللهِ. وَلْخَيْلُ مَعْقُوْدَ ةٌ فِي
نَوَاصِيْهَا الْخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“ Dari Salamah Bin Nufail Al- Kindi Ia Berkata, : “ Saya Duduk Di
Sisi Nabi , Maka Seorang Laki - Laki Berkata, : “ Ya Rasulullah,
Manusia Telah Meninggalkan Kuda Perang Dan Meletakkan Senjata,
Mereka Mengatakan, : “ Tidak Ada Jihad Lagi, Perang Telah
Selesai ”. Maka Rasulullah Menghadapkan Wajahnya Dan Berkata, : “
Mereka Berdusta!!! Sekarang! Sekarang! Perang Telah Tiba. Akan
Senantisa Ada Dari Ummatku, Ummat ( Golongan ) Yang Berperang Di
Atas Kebenaran. Allah Menyesatkan Hati - Hati Sebagian Manusia
Dan Memberi Rizki Ummat Tersebut Dari Hamba - Hambanya Yang
Tersesat ( Ghonimah ). Begitulah Sampai Datangnya Hari Kiamat
Dan Sampai Datangnya Janji Allah. Dan Pada Ubun - Ubun Kuda
Akan Senantiasa Tertambat Kebaikan Sampai Hari Kiamat ”. ( Hadits
Riwayat. Nasa-I, Shohih Sunan Nasa-I 3333, Silsilah Al-Hadits
Shohihah No. 1991 )
Lihat Dan Perhatikan Hadits Di Atas. Dalam Hadits Tersebut Jelas
Sekali, Bahwa Ketika Ada Seorang Laki - Laki Yang Mengatakan, : “ Ya
Rasulullah, Manusia Telah Meninggalkan Kuda Perang Dan Meletakkan
Senjata, Mereka Mengatakan , : “ Tidak Ada Jihad Lagi, Perang
Telah Selesai ”.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Sangat Marah, Dan
Mengatakan Bahwa Mereka Adalah Pendusta! Jadi Orang Yang
Mengatakan Tidak Ada Jihad, Kemudian Mereka Meninggalkan Kuda
Perang Dan Meletakkan Senjata, Rasul Menyebut Mereka Sebagai
Pendusta.
Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Menyatakan Bahwa
Sekarang ! Sekarang ! Perang Telah Tiba. Itulah Pernyataan
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Barangsiapa Menyelisihi
Ucapan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, Apakah Dia Pantas
Mengaku Sebagai Ummat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam ?
Rasulullah Shallallahu 'Alahi Wa Sallam Bersabda, : " Demi Dzat
Yang Jiwa Muhammad Ada Di TanganNya, Aku Sangat Ingin Berperang
Di Jalan Allah Dan Terbunuh, Kemudian Berperang Lagi Dan
Terbunuh, Kemudian Berperang Lagi Dan Terbunuh. " ( Hadits
Riwayat Bukhari Dan Muslim ).
Syaikh Abdul Akhir Hammad Berkata, : “ Memang Jihad Dalam Islam
Mencakup Jihad Melawan Syetan, Hawa Nafsu Dan Godaan Dunia.
Akan Tetapi Yang Paling Tinggi Adalah Memeragi Musuh - Musuh
Allah Dengan Pedang Dan Tombak. Dan Inilah Puncak Ketinggian
Islam, Dan Ini Pula Lah Yang Dimaksud Dengan Jihad Kalau
Diungkapkan Secara Mutlak ( Berdiri Sendiri ). ”
Jadi, Segala Bentuk Jihad, Baik Jihad Melawan Hawa Nafsu,
Syetan Atau Godaan Dunia Disyari’atkan Dalam Islam, Bahkan
Segala Bentuk Jerih Payah Dalam Rangka Beribadah Kepada Allah
Adalah Bagian Dari Jihad, Namun Bukan Yang Dimaksud Pada Ayat -
Ayat Dan Hadits - Hadits Yang Menerangkan Jihad Secara Mutlak,
Baik Hukum - Hukum Yang Berlaku Padanya Maupun Keutamaan -
Keutamaannya.
=====================================================
Kedudukan Hadits Jihad yang Paling Besar adalah Memerangi Hawa Nafsu
Posted on 21/01/2012 by Fadhl Ihsan
Tanya:
Hadits tentang jihad yang paling besar adalah jihad melawan hawa nafsu. Apakah hadits itu shohih ?
Aswin
Karawang Jawa Barat
Jawab:
Berkata Ibnu Rajab dalam Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam hal. 369 (Tahqiq
Thoriq bin ‘Iwadhullah) : “Ini diriwayatkan secara marfu’ dari hadits
Jabir dengan sanad yang lemah, dan lafazhnya :
قَدِمْتُمْ مِنَ الْجِهَادِ الْأَصْغَرِ إِلَى الْجِهَادِ الْأَكْبَرِ
قَالُوْا وَمَا الْجِهَادُ الْأَكْبَرُ قَالَ مُجَاهَدَةُ الْعَبْدِ
لِهَوَاهُ
“Kalian datang dari jihad kecil menuju jihad besar. (Mereka) berkata :
“Apakah jihad besar itu ?”. beliau menjawab : “Jihadnya seorang hamba
melawan hawa nafsunya”.”
Dan Syaikh Al-Albany rahimahullah menyebutkan hadits di atas dalam
Silsilah Ahadits Adh-Dha’ifah no. 2460 dan memberikan vonis terhadap
hadits tersebut sebagai hadits “Mungkar”. Dan dari uraian beliau
diketahui bahwa hadits ini dikeluarkan oleh Abu Bakr Asy-Syafi’iy dalam
Al-Fawa`id Al-Muntaqoh, Al-Baihaqy dalam Az-Zuhd, Al-Khatib dalam
Tarikh-nya dan Ibnul Jauzy dalam Dzammul Hawa, dan juga dipahami bahwa
selain dari Ibnu Rajab, hadits ini juga dilemahkan oleh Al-Baihaqy,
Al-’Iraqy dalam Takhrijul Ihya` dan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Takhrijul
Kasysyaf.
Adapun yang laris dikalangan banyak penceramah dan khatib jum’at
bahwa Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam mengucapkan
hadits di atas pada perang Tabuk dengan lafazh :
رَجَعْنَا مِنَ الْجِهَادِ الْأَصْغَرِ إِلَى الْجِهَادِ الْأَكْبَرِ جِهَادُِ النَّفْسِ
“Kita telah kembali dari jihad kecil menuju jihad besar (yaitu) melawan diri sendiri”.
Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al-Fatawa 11/197 : “La
ashla lahu (hadits tidak asalnya), dan tidak seorangpun dari Ahlul
Ma’rifah (orang-orang yang punya pengetahuan) terhadap ucapan-ucapan
Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam dan perbuatannya yang
meriwayatkannya. Dan jihad (melawan) orang kafir adalah termasuk amalan
yang paling agung bahkan ia seutama-utama yang seorang insan bertathawu’
(beribadah sunnah) dengannya…”.
Hal yang serupa dikemukakan oleh Syaikh Muhammad ‘Amr bin ‘Abdul
Lathif dalam Tabyidh Ash-Shohifah Bi Ushul Al-Ahadits Adh-Dho’ifah hal
76 hadits no. 25.
Dan asal hadits di atas adalah ucapan Ibrahim bin Abi ‘Ublah
sebagaimana dalam biografi beliau dari kitab Tahdzibul Kamal karya
Al-Hafizh Al-Mizzy dan Siyar A’lam An-Nubala` karya Al-Hafizh
Adz-Dzahaby. Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Tasdidul Qaus
sebagaimana dalam Kasyful Khafa` 1/434-435/1362 karya Al-Ajluny : “Ia
(hadits ini) adalah masyhur pada lisan-lisan manusia dan ia adalah dari
ucapan Ibrahim bin Abi ‘Ublah dalam Al-Kuna karya An-Nasa`i”.
Dan Syaikh Muhammad ‘Amr bin ‘Abdul Lathif menyebutkan bahwa
perkataan Ibrahim bin Abi ‘Ublah diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir dari
jalan An-Nasa`i dan beliau menghasankan sanadnya. Wallahu Ta’ala A’lam.
[Dinukil dari majalah An-Nashihah edisi 7, rubrik: Masalah anda]